Follow Us @soratemplates

Tuesday 18 July 2017

"Perkara"

08:28 0 Comments
Perkara masing-masing orang berbeda, cara menyikapi dan menyelesaikannya pun tak sama.
Apa yang kita rasakan, sesungguhnya tidak sama dengan penilaian orang lain diluar kita.
Sebagian orang lain lebih banyak menuntut, menilai, menghakimi dari luar, ketimbang ikut merasakan apa yang kita alami. Biasanya oleh orang-orang yang hanya kenal kita sebegitunya saja, atau memang orang-orang yang tak kenal kita lalu mendapatkan cerita dari orang lain yang juga membenci kita.

Saya beberapa kali mendapatkan cibiran, perkataan buruk, dan pertanyaan berkali-kali karena saya belum menikah sampai dengan 28 tahun umur saya ini, lalu kemudian saya memutuskan untuk berpisah dengan laki-laki yang 5 tahun bersama saya dalam status pacar, namun ternyata dia pun pergi bersama perempuan bedebah lain, biarlah dimakan cicak mereka itu.

Beberapa laki-laki mendekati saya, saya pun membuka hati, tapi perlakuan mereka berubah ketika saya menceritakan keadaan keluarga saya yang sebenernya. Sepi? Sangat. Sejak ditinggalkan ibu setahun yang lalu, hidup saya pengap, ibu satu-satunya orang yang tulus menyayangi saya, yang rela meninggalkan hal lain demi saya. Saya rindu ibu saya saat ini, tangis saya tak pernah sekeras ini, ini kesakitan yang paling dalam, ini perih yang sangat.

Bagaimana dengan Ayah saya?
Segala puji bagi Allah, pencipta semesta alam, sampai sekarang ini kami masih berdua, menjalani hidup yang naik dan turun bersama-sama, setiap pagi selalu khawatir apakah ini saatnya kami berpisah, dipisahkan oleh manusia-manusia dzhalim, kami tidak tahu kapan hari itu akan datang, kami hanya terus berdoa, berharap dunia ini 4thn lalu tidak bergerak seperti saat ini. Kami cuma punya tawakkal dan Taqwa pada Allah Subhanna wa ta'ala bahwa DIA tak akan tinggalkan kami.

Maka, jika pun ada lelaki yang dekat, dia harus lebih tangguh dari saya, bahunya harus lebih kuat dari saya, hatinya harus lembut dari saya, jiwanya harus lebih kuat dari saya. Setelah apa yang telah saya lewati ini, tidak ada tempat di hati saya untuk para lelaki putus asa, lelaki cengeng, atau lelaki yang tidak bertanggung jawab.
Dia dan keluarga besarnya, seharusnya mampu terima saya dan keluarga apa adanya, segala kekurangan dan kelemahan yang tumbuh dalam diri saya.
Dia harus bisa jadi poros hidup saya, tempat untuk saya jadikan ladang pahala, teman untuk saya belajar menjadi manusia yang punya manfaat di dunia dan teman yang akan saya gandeng tangannya di akhirat kelak di Taman syurga Allah.

Tak mudah hidup bersama saya!
Kecuali, kau punya iman kepada Allah Azza wa Jalla yang kokoh. Kau yakin sama sepertiku, bahwa kita hidup di dunia ini hanya untuk beribadah kepadaNya.

Tuesday 31 January 2017

Bulan Purnama Jantan

23:52
Kepada Sang Penerang Malam,
Bulan Purnama Jantan

Yang Merubah pekat menjadi jelas,
Yang Menemani bintang menjaga malam tetap pada lintasannya, dan
Yang Mengindahkan lautan, dengan garis cahaya horisontal

Tapi kamu tak lama,
Kamu hanya mampir sebentar untukku,
Menyenangkan hatiku tapi tidak dengan jiwaku
Kamu tak benar ada
Kamu itu cuma purnama kosong, pembual besar
Kamu pengecut
Pergi dengan membawa semua kegagalan,
Meninggalkan robekan besar,
Terluka dan sangat dalam,
Mengecewakan.....

Katamu
Masalahmu pelik,
Tapi maaf,
Masalahku lebih rumit dari apa yang kau bayangkan.
Dan Sekali lagi...
Kamu itu pengecut.
Dengan pergi dari sini yang telah habis-habisan berjuang tanpa kau pernah tahu bagaimana caranya,
Bagaimana menahan sakitnya hati yang dikhianati, agar tetap bisa membahagiakan dua orang terhebat di duniaku.

Ketika aku tahu kau tidak lagi bersama dengan hatiku, aku rela menunggumu,
Rela menerima segala perkataanmu,
Pasrah akan luapan emosimu,
Dan rela menjadi perempuan bodoh, untuk tetap mempercayai kebohonganmu

Kamu Pergi,
Untuk Dirimu sendiri,
Mencari perlindungan yang lebih baik, dengan orang lain yang tak kau kenal lama,
Yang cerdas nan licik.

Bersyukurlah,
Tuhan tidak mempersatukan kita.
Dan aku tidak perlu menjadi perempuan bodoh untuk selamanya.