Saya : "ma, kenapa saya sudah lakukan yang terbaik, sudah saya titipkan harapan besar untuk dia, sudah kita percayakan semua padanya, tapi apa yang saya dapat sekarang ma! Pengkhianatan, kebohongan yang terus menerus dia lakukan. Saya tak dapat berbuat apa-apa, begitu cintanya saya, bahkan rasa sakit pun rela saya terima, hampir setiap malam perih mata saya menangis menahan rasa sakit, saya biarkan hati saya nyeri teriris tajamnya sayatan pisau khianat itu. Kenapa dia seperti itu ma?"
Dan ibu saya pun tersenyum, memeluk saya sambil membelai rambut saya manja, saya tau ibu saya pasti sedih tapi dia menahan air matanya.
Mama : "Anakku sayang, memang seperti itu, kamu harus belajar untuk mengerti, bahwa semua yang kamu harapkan dan yang kamu inginkan tak semua harus sesuai dengan apa yang kamu rencanakan, mama kenal anak mama, kalo sudah suka sama sesuatu susah untuk dilepas. Sudah benar apa yang kamu lakukan, beri yang terbaik dari apa yang kamu punya, sehingga kamu puas jika memang jadi milikmu, tapi jika tidak, janganlah bersedih, itu berarti bukan milikmu, Allah pilihkan pula yang Terbaik dan sebanding denganmu.
Tinggalkan rasa sakit itu nak, jangan menyiksa hatimu dengan hal-hal bodoh, serahkan semua sama yang punya Cinta, yang ciptakan kita, DIA tahu segalanya, kita ini tidak tahu apa-apa.
Sabar nak. Mama selalu doakan kalian berdua, jika memang takdir kalian bersama, maka sesulit apapun rintangannya, kalian pasti bisa lewati. Mama sayang kalian berdua, titip salam mama sama dia. Bilang ke dia, kalo memang masih mau sama anak mama, tunjukkan sikap, kalo sudah tidak mau, tolong bilang dan tinggalkan."
Dan saya pun memeluk ibu sangat erat, menangis di dadanya sampai basah daster ungu berbunga pink yang dipakainya.
Terima kasih ma,